Asuhan Kebidanan Berkesinambungan
A. Konsep Asuhan Kebidanan Berkesinambungan
Asuhan berkesinambungan bersangkutan dengan kualitas asuhan sepanjang waktu. Terdapat dua perspektif terakit asuhan berkesinambungan. Secara tradisional, asuhan berkesinambungan idealnya didasarkan pada empiris pasien dalam pemberian asuhan berkelanjutan dengan seorang bidan maupun tenaga kesehatan lain. Sedangkan untuk penyedia layanan kesehatan dalam sistem asuhan terpadu secara vertical, asuhan berkesinambungan ialah pemberian layanan kesehatan tanpa batas untuk pasien, melewati layanan terintegrasi, koordinasi, dan tukar informasi antara pemberi asuhan yang berbeda. (Gulliford, 2006).
Asuhan kebidanan berkesinambungan mempunyai pengertian yang beragam. Hodnett (2008) merangkum pengertian asuhan kebidanan berkesinambungan menjadi 4 hal:
Suatu pengakuan komitmen guna mempopulerkan filosofi asuhan kebidanan. Bahwa proses kehamilan dan persalinan adalahsuatu urusan yang fisiologis.
Kepatuhan terhadap standar asuhan perawatan sekitar kehamilan dan atau persalinan.
Suatu sistem dimana seorang pasien yang telah kembali dari Rumah Sakit, secara teratur dirujuk ke layanan komunitas.
Perawatan yang sebetulnya oleh pemberi perawatan atau kumpulan kecil pemberi perawatan (yang sama), sekitar kehamilan, persalinan dan kelahiran bayi, dan periode postpartum.
Asuhan kebidanan berkesinambungan dapat diserahkan melalui model perawatan berkelanjutan oleh bidan, yang mengekor perempuan sepanjang masa kehamilan, kelahiran dan masa pasca kelahiran, baik yang mempunyai resiko rendah maupun mempunyai resiko tinggi, dalam setting pelayanan di komunitas, praktik berdikari bidan, maupun lokasi tinggal sakit. (Sandall, 2010).
Guilliland&Pairman (2010), menyatakan bahwa asuhan kebidanan berkesinambungan ialah asuhan kebidanan yang diserahkan oleh bidan (dan kesebelasan nya) untuk perempuan sepanjang keseluruhan empiris persalinannya. Asuhan ini menitikberatkan pada hubungan satu-satu, antara pasien dan pemberi asuhan, dengan asa dapat terbangun “parnership” yang baik dengan pasien, sampai-sampai terbina hubungan saling percaya. Upaya itu dapat dibuka dari kehamilan dan seterusnya (bersalin dan postpartum, serta masa menyusui), yang pun adalahwaktu yang sangat tepat guna bidan bekerja bareng setiap wanita untuk mendiskusikan harapannya dan ketakutannya bakal proses kelahiran dan proses menjadi ibu, serta membangun keyakinan dirinya.
Bidan pun bekerja bareng keluarga dalam menyerahkan asuhan untuk menanggulangi ketakutan yang dialami perempuan dan menangkal terjadinya kesalahpahaman. Proses solusi masalah bisa menjadi semakin mudah, sebab setiap wanita dapat mengeksplorasi informasi dengan baik dan menciptakan keputusan terbaik guna dirinya. Bidan dan perempuan memiliki waktu yang lumayan untuk mendiskusikan mengenai persalinan, nyeri dan ketidaknyamanan, akibat terhadap lingkungan, dan ketidakpastian dan kerumitan yang barangkali timbul. Jadi idelanya pada ketika perempuan menginjak fase persalinan, dia memiliki kerelaan dan keyakinan diri untuk tidak mempedulikan dan percaya pada tubuhnya menjalankan proses persalinan.
Pelaksanaan asuhan kebidanan berkesinambungan bersangkutan dengan berkurangnya pemakaian teknologi dan intervensi farmakologi dalam persalinan. (Pairman, 2011). Asuhan kebidanan berkesinambungan dapat menambah kesehatan ibu dan bayi, dengan efek samping minimal. Persentase persalinan spontan pun meningkat. (Sandall, 2010).
Model asuhan kebidanan berkesinambungan secara umum bertujuan untuk menambah kualitas asuhan berkelanjutan sepanjang siklus kehidupan. Sandall (2010), menguraikan kriteria asuhan berkesinambungan, yaitu:
Kesinambungan manajemen. Merupakan pendekatan pengaturan permasalahan yang konsisten dan jelas, yang responsif dalam memenuhi keperluan klien. Manajemen pun melibatkan komunikasi menurut kenyataan dan evaluasi dalam tim, institusi pendidikan, dan batasan profesional kebidanan, serta antara pemberi pelayanan dan pasien. Manajer dalam asuhan berkesinambungan ialah bidan. Asuhan kebidanan berkesinambungan dapat dilaksanakan oleh 4 orang, dengan melibatkan mahasiswa kebidanan dan kader kesehatan.
Kesinambungan informasi. Semua kesebelasan yang tercebur dalam pemberian asuhan memiliki informasi yang lumayan tentang suasana kliennya guna dapat menyerahkan asuhan yang tepat. Informasi guna klien, difokuskan pada ketersediaan masa-masa untuk menyerahkan informasi yang relevan (bersangkutan asuhan yang diberikan). Semuanya penting, baik untuk semua manajer (bidan) dan pasien.
Kesinambungan hubungan. Hubungan berarti “hubungan terapeutic” antara pasien dan tenaga kesehatan, sepanjang waktu. Hubungan personal yang tetap terjaga sepanjang waktu, dapat memiliki efek yang baik pada pasien dan hasil asuhannya. Untuk mengisi kaidah ini, asuhan berkesinambungan hendaknya dilaksanakan oleh satu orang tenaga kesehatan yang sama.
Dalam permasalahan rujukan dari layanan primer ke sekunder yang terjadi sekitar proses persalinan, bidan mesti memberikan asuhannya untuk petugas yang berwenang, dan dikhususkan untuk tetap bermukim dan menemani wanita selama persalinan di lokasi rujukan. Perencanaan lokasi bersalin dan antisipasi lokasi rujukan mesti diacuhkan sebagai konsep yang penting, yang dirundingkan selama asuhan kehamilan. (Jonge, 2014).
B. Perencanaan Pelaksanaan Asuhan Kebidanan Berkesinambungan dalam Setting Praktik Klinik Kebidanan
Asuhan kebidanan berkesinambungan yang dilaksanakan sebagai project studi permasalahan Praktik Kebidanan Semester VII ini dilaksanakan selama 6 minggu, pada ibu hamil trimester III (mulai umur kehamilan paling tidak 35 minggu) yang dibuntuti sampai dengan proses persalinan dan masa nifas minimal trafik nifas ke-2 (KF-2).
Tujuan program ini ialah memberikan pengalaman untuk mahasiswa dalam mencoba asuhan berkesinambungan untuk wanita sepanjang siklus kehidupan.
Dalam pengamalan asuhan kebidanan berkesinambungan ini, satu orang ibu hamil dikelola oleh satu kesebelasan care-provider, yang terdiri atas 3 orang, yaitu:
Bidan (CI), sebagai manager kasus. Bertugas guna menilai sasaran studi kasus. Tidak terdapat syarat eksklusif bersangkutan ciri khas perempuan guna dijadikan subjek. Sebaiknya subjek itu dapat berkomunikasi dengan baik, yang pun mendapatkan sokongan dari keluarga.
Mahasiswa bidan, sebagai penyelenggara asuhan. Asuhan bisa mulai dilakukan setelah manager permasalahan merekomendasikan subjek studi kasus. Mahasiswa menciptakan rencana asuhan yang didiskusikan dengan manager dan dikonsultasikan dengan supervisor.
Pembimbing (dosen), sebagai supervisor. Supervisor bertugas mengawasi perkembangan permasalahan dan pun membimbing mahasiswa dalam menyerahkan asuhan kebidanan.
Proses pengamalan asuhan kebidanan berkesinambungan secara singkat dapat dicerminkan sebagai berikut:
Gambar 2.1. Gambar Siklus Pelaksanaan Asuhan Kebidanan Berkesinambungan
Berdasarkan gambar di atas, bisa dijelaskan:
Pada mula praktek, mahasiswa mengerjakan kesepakatan bareng dengan pemandu lahan (CI/ Bidan) melewati kontrak belajar. Bidan menilai subyek studi kasus, lantas mendiskusikan dengan mahasiswa bersangkutan cerminan karakteristik klien dan rencana asuhan jangka panjang.
Bidan beserta mahasiswa yang didampingi dosen pemandu (supervisor) bareng dengan klien, mendiskusikan program asuhan yang bakal diberikan. Bidan menyatakan program asuhan, mahasiswa menciptakan kontrak asuhan dan pun membangun keyakinan dengan klien dan keluarga.
Pelaksanaan asuhan kebidanan berkesinambungan sekitar kehamilan, bersalin, dan nifas. Pelaksanaan asuhan menurut manajemen asuhan kebidanan, dengan mengemban asuhan cocok standar asuhan (Kepmenkes No. 938/ Menkes/ SK/ VIII/ 2007), dan pendokumentasian asuhan kebidanan memakai model SOAP notes. Pengkajian mula didokumentasikan secara lengkap, untuk lantas perkembangan asuhan dapat disalin dalam bentuk tabel. Dalam mengemban asuhan, mahasiswa mengkomunikasikannya dengan bidan sebagai manager permasalahan untuk bertukar pikiran bersangkutan hasil pengkajian, diagnosis, rencana asuhan, implementasi dan penilaian asuhan. Mahasiswa pun melaporkan asuhan yang telah diserahkan kepada pemandu sebagai supervisor guna mendiskusikan hal-hal yang butuh ditindaklanjuti. Selama asuhan berlangsung, paling tidak sebanyak satu kali, dosen sebagai supervisor melakukan trafik rumah untuk klien bareng dengan mahasiswa.
Evaluasi program dilaksanakan di akhir asuhan oleh seluruh pihak, baik klien dan keluarga, bidan, mahasiswa, dan pembimbing. Evaluasi bertujuan untuk mencari sejauhmana keberhasilan asuhan berkesinambungan.
REFERENSI
Guilliland K, Pairman S. 2010. The Midwifery partnership: a Model of Practice (2nd ed.) New Zaeland College of Midwives, Christchurch.
Gulliford M, Naithani S, Morgan M. 2006. What is Continuity of Care?. Journal Health Service policy, 2006, 11: 248.
Hodnett ED. 2008. Review Article: Continuity of Caregivers for Care During Pregnancy and Childbirth. The Cochrane Collaboration, John Wiley Publisher.
Jonge AD, et.al. 2014. Continuity of care: What Matters to Women when They are Referres from Primary to Secondary Care during Labour?. BMC Pregnancy and Childbirth 2014, 14:103.
Pairman S, Tracy S, Thorogood C, et.al. 2011. Midwifery: Preparation for Practice. Churchill Livingstone, Sydney Australia.
Sandall J. 2010. A Report: The Contribution of Continuity of Midwifery Care to High Quality Maternity Care. The Royal College of Midwives, UK.
Comments
Post a Comment